Sahabatku

(Sumber gambar: google)

Sahabat sejati, itulah kata yang kurasa tepat menggambarkan sahabatku yang satu ini.

Sintia Oktavianti, itulah namanya. Gadis bermata sipit, berkulit putih, dan berambut panjang ini kelahiran tahun 2000. Kami seumuran. Aku mengenalnya karena kami satu SMP. Awalnya dia adalah teman dari temanku. Aku diperkenalkan dengannya oleh temanku. Aku tidak sekelas dengannya saat kelas tujuh. Namun, saat kelas delapan dan sembilan kami sekelas.

Aku dan dia mengikuti komunitas yang sama di luar sekolah. Kami tidaklah akrab awalnya, tapi seiring berjalannya waktu. Kami pun saling mengenal satu sama lain.

Tidak ada yang menyangka kedekatanku dengannya berlanjut sampai kami SMA. Aku dipertemukan kembali dengannya di SMA yang sama. Kami satu sekolah. Namun, saat kelas sepuluh kami tidak satu kelas. Walaupun begitu, kelas kami bersebelahan.

Setiap Sabtu, aku dan dia mengikuti kelas agama di sekolah. Setelah selesai, biasanya aku main ke rumahnya atau pun menonton film di kelas sambil membeli makanan kecil. Tak jarang ia bertanya padaku kira-kira film apa yang bagus ditonton untuk dia unduh sebagai cadangan film kami sehabis pulang pelajaran agama.

Ketika kelas sebelas aku juga tidak sekelas dengannya. Namun, saat kelas dua belas kami satu kelas. Semakin sering kami mengobrol. Meskipun aku tidak duduk sebangku dengannya dan jarak antara kursiku dengan dia tidaklah dekat. Namun, bukan berati menghilangkan kedekatan kami itu. Sesekali ketika bel istirahat berbunyi aku dan dia pergi makan di kantin juga mengobrol santai di luar kelas.

Aku dan dia masih mengikuti komunitas yang sama saat kami SMP dulu. Biasanya kami akan pergi bersama-sama. Aku sudah sangat mengenalnya. Keluarganya mengenalku dengan baik begitu pun sebaliknya. Kami sering berbagi cerita kehidupan kami satu sama lain. Dia selalu menguatkanku, dan memberi semangat.

Saat kami lulus dari SMA pun. Itu tidak membuat kami berpisah. Walaupun kami sibuk dengan aktivitas masing-masing. Namun, jika ada hari libur kami membuat janji untuk bertemu melepas rindu. Sekedar menonton film, makan bersama atau yang lainnya.

Selama delapan tahun aku menjalin persahabatan dengannya. Sempat sekali kami lost contact, tapi ia berusaha menghubungiku melalu sosial media. Menanyakan kabarku dan bertanya kapan bertemu kembali. Aku sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti dia. Dia adalah sahabat pertamaku.


Tulisan ini telah dimuat di Beritalima.com

Posting Komentar

15 Komentar

  1. Tulisanmu baguuss bgt🔥🔥🔥

    BalasHapus
  2. seseorang yang tak terduga ternyata dia menjadi sahabat kita,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, tidak ada yang tahu hidup ini, bahkan kita bisa berteman dengan siapa pun

      Hapus
  3. awet awet persahabatan kaliaaaan!

    BalasHapus
  4. Aaaaa jadi irii :( awet terus ya persahabatan kalian !

    BalasHapus
  5. Yahh sayang pasti dia gk naik angkot pulangnya...

    BalasHapus
  6. gemes banget, semoga awet terus persahabatan kalian!

    BalasHapus
  7. Jadi pengen punya sahabat yg awet teruss

    BalasHapus
  8. Wahh cerita kita sama kak, semoga awet terus persahabatannya

    BalasHapus